Selasa, 28 Juni 2011
Salam bagimu, Ya Rasulullah.. Rindu kami padamu Ya Rasul.
Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seizin Allah SWT, tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita
Beliau datang dengan tersenyum dan wajah bersih berseri didepan pintu rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan merasa sangat berbahagia; memeluk beliau erat-erat, lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian tentunya kita akan memohon dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari dirumah kita.
Beliau tentu tersenyum
Namun, barangkali pula kita meminta Rasulullah SAW menunggu sebentar didepan pintu karena kita teringat CD dan play station yang ada diruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkannya ke dalam.
Beliau tentu tersenyum
Atau barangkali kita teringat pada gambar yang mengumbar aurat yang sengaja kita pajang diruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang dengan tergesa-gesa.
Beliau tentu tersenyum
Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada diruang samping dan kita letakkan diruang tamu. Beliau tentu tersenyum
Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap dirumah kita? Barangkali kita akan teringat bahwa adik atau ponakan kita lebih hafal lagu ketimbang menghafal Shalawat kepada Rasulullah SAW
Barangkali kita menjadi malu karena adik kita atau ponakan kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW, karena kita lupa dan lalai mengajari mereka
Beliau tentu tersenyum
Barangkali kita menjadi malu karena adik atau ponakan kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah SAW dan Sahabat, namun hafal diluar kepala nama tokoh film kartun kesukaannya Barangkali kita terpaksa menyulap satu kamar menjadi ruang shalat Barangkali kita baru sadar bahwa para wanita dirumah kita tidak memiliki satupun pakaian yang pantas dipakai untuk berhadapan dengan Rasulullah SAW
Beliau tentu tersenyum
Belum lagi koleksi buku kita dan adik kita Belum lagi koleksi kaset kita dan adik kita Belum lagi koleksi poster dikamar kita dan adik kita Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Beliau tentu tersenyum
Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk didepan televisi Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak pernah menjalankan shalat sunnah Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak bisa membaca Al Qur'an Barangkali kita menjadi malu karena kita tidak mengenal tetangga sebelah rumah kita
Beliau tentu tersenyum
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama tukang sampah yang setiap hari lewat didepan rumah kita
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama penjaga mesjid di kampung kita
Betapa senyum beliau masih ada disitu
Bayangkan apabila Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul didepan pintu rumah kita
Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap dirumah kita? Ataukah akhirnya dengan berat hati kita akan menolak beliau berkunjung kerumah kita karena hal itu akan membuat kita repot dan malu? Maafkan kami Ya Rasulullah
Masihkah beliau tersenyum? Senyum pilu.. Senyum sedih.. Dan senyum getir.. Masya Allah.. Betapa memalukannya kehidupan kita saat ini dimata Rasulullah SAW
Apalagi kepada yang mengutus beliau? Wallahu 'alam.. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan umat yang rindu terhadap beliau
Aamiin
Salam bagimu, Ya Rasulullah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar